Di Jepang, para murid Sekolah Menengah Atas banyak dibatasi oleh peraturan orang tua dan sekolah mereka jika menyangkut soal pacaran. Ini wajar. Tapi sebuah survei menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga dari siswi SMA sekarang diberi aturan ketat justru oleh pacar mereka sendiri.
Sebuah organisasi nirlaba yang banyak menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga, Women Net Kobe, mewawancarai 2,600 perempuan dan 1,800 laki-laki siswa Sekolah Menengah Atas selama dua tahun terakhir ini dan menemukan bahwa banyak sekali hubungan asmara remaja yang ternyata melibatkan kekerasan, pemaksaan dan berbagai macam aturan.
Dalam survei itu, 33% pelajar perempuan mengatakan bahwa pacar-pacar mereka memberlakukan banyak larangan kepada mereka. Pelarangan ini termasuk pacar yang meminta mereka tidak pergi jalan dengan teman-teman lainnya, membatasi waktu mereka untuk bisa pergi keluar rumah dan menghapus nomor teman-teman dari ponsel mereka.
Survei tersebut juga menemukan bahwa 27% dari siswa perempuan ternyata mengalami kekerasan psikologis seperti pelecehan verbal (intimidasi, ancaman, gertakan dan lain-lain). Selain itu, 15% mengalami kekerasan fisik dari pacar mereka, seperti ditampar atau dipukul.
Jika dilihat dari pengalaman puluhan tahun dari orang-orang sebelum kita, kalau hubungan tidak sehat seperti ini terus dilangsungkan sampai ke pernikahan, bisa dipastikan sang wanita-lah yang paling menderita selama menjalani kehidupan rumah tangga.
Hallo para remaja perempuan; ini yang harus kalian ingat...
Juru bicara Women Net Kobe, Mihiro Yanagihara berkata "Jika orang tua kalian memberikan peraturan ketat dalam berpacaran, itu karena mereka mau yang terbaik untuk kalian. Tapi kalau pacar kalian yang memberikan peraturan ketat dalam berpacaran, itu artinya mereka mau yang terbaik hanya untuk mereka sendiri."
Dan tentu saja, tinggalkan pacar yang melukai kalian secara fisik. Jangan merasa kasihan kepada mereka dan jangan percaya bahwa mereka akan berubah. Orang memang bisa berubah, tapi kalau yang berhubungan dengan judi, alkohol dan kekerasan, jangan berharap terlalu tinggi.
Gimana? Kalian setuju dengan pernyataan ini?
RIKA~~
Sebuah organisasi nirlaba yang banyak menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga, Women Net Kobe, mewawancarai 2,600 perempuan dan 1,800 laki-laki siswa Sekolah Menengah Atas selama dua tahun terakhir ini dan menemukan bahwa banyak sekali hubungan asmara remaja yang ternyata melibatkan kekerasan, pemaksaan dan berbagai macam aturan.
Dalam survei itu, 33% pelajar perempuan mengatakan bahwa pacar-pacar mereka memberlakukan banyak larangan kepada mereka. Pelarangan ini termasuk pacar yang meminta mereka tidak pergi jalan dengan teman-teman lainnya, membatasi waktu mereka untuk bisa pergi keluar rumah dan menghapus nomor teman-teman dari ponsel mereka.
Survei tersebut juga menemukan bahwa 27% dari siswa perempuan ternyata mengalami kekerasan psikologis seperti pelecehan verbal (intimidasi, ancaman, gertakan dan lain-lain). Selain itu, 15% mengalami kekerasan fisik dari pacar mereka, seperti ditampar atau dipukul.
Jika dilihat dari pengalaman puluhan tahun dari orang-orang sebelum kita, kalau hubungan tidak sehat seperti ini terus dilangsungkan sampai ke pernikahan, bisa dipastikan sang wanita-lah yang paling menderita selama menjalani kehidupan rumah tangga.
Hallo para remaja perempuan; ini yang harus kalian ingat...
Juru bicara Women Net Kobe, Mihiro Yanagihara berkata "Jika orang tua kalian memberikan peraturan ketat dalam berpacaran, itu karena mereka mau yang terbaik untuk kalian. Tapi kalau pacar kalian yang memberikan peraturan ketat dalam berpacaran, itu artinya mereka mau yang terbaik hanya untuk mereka sendiri."
Dan tentu saja, tinggalkan pacar yang melukai kalian secara fisik. Jangan merasa kasihan kepada mereka dan jangan percaya bahwa mereka akan berubah. Orang memang bisa berubah, tapi kalau yang berhubungan dengan judi, alkohol dan kekerasan, jangan berharap terlalu tinggi.
Gimana? Kalian setuju dengan pernyataan ini?
RIKA~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar