Sabtu, 24 September 2011
SAMURAI
Pada zaman Nara (710-784), pemerintahan Jepang memberlakukan sistem wajib militer yang diperintah secara langsung oleh Kaisar. Dengan adanya wajib militer ini, seluruh kaum lelaki diwajibkan untuk mengikutinya, kecuali kaum budak. Meski peraturan ini bersifat wajib, bagi mereka yang tidak memenuhi syarat dan tidak mampu menjalaninya, akhirnya mereka memilih untuk “membelot” dan melarikan diri dari peraturan tersebut. Beberapa sebab yang membuat mereka merasa keberatan adalah materi yang cukup membebankan. Di sisi lain, kaum petani yang juga termasuk wajib militer pun tidak sanggup melanjutkan akibat beban pajak yang mencekik.
Peraturan ini tidak membuat jepang kehilangan “pengikut” wajib militer, karena bagi kaum bangsawan, terutama yang melirik “masa depan” akhirnya mengikutinya. Dari beberapa “pengikut” peraturan ini akhirnya menjadi kelompok pasukanyang dikenal dengan Sakimori atau pembela.
Menginjak tahun 794, Ibu Kota yang berpusat di Nara akhirnya dipindahkan ke Heian (Kyoto). Pada masa-masa ini, kaum bangsawan kemudian memetik buah hasil pemerintahan Kaisar selama kurang lebih 150 tahun. Namun di sisi lain, dengan adanya sistem pungut pajak yang sangat besar, menimbulkan pemberontakan besar di setiap daerah yang kebanyakan terdiri dari kaum petani.
Para petani ini kemudian mulai melakukan penjarahan kepada masing-masing Tuan Tanah (Daimyo) yang diikutinya. Dikarenakan keadaan yang tidak aman, memaksa para pemilik Shoen (tanah bebas pajak) mempersenjatai keluarga dan petaninya. Kondisi ini yang kemudian melahirkan kelas militer yang dikenal dengan Samurai.
1. KATA SAMURAI
Kata Samurai berasal dari kata kerja dalam bahasa Jepang kuno “Samorau”. Kata tersebut akhirnya mengalami perubahan menjadi “Saburau” yang berarti melayani. Sehingga “Samurai” dapat diartikan sebagai pelayan bagi sang majikan.
Dalam catatan sejarahnya, Samurai sebenarnya diciptakan sebagai “satria bersenjata”, oleh karena itu, pada zaman Edo, Samurai lebih dikenal dengan sebutan Bushi (orang bersenjata).Berikut ini adalah beberapa sebutan untuk Samurai. Diantaranya adalah Buke (ahli bela diri), Musha atau Bugeisha (pakar bela diri), Kabukimono (preman samurai),dan Mononofu (satria panglima).
Pada masa terbentuknya pengelompokkan antar golongan, membuat Samurai juga menerapkannya. Samurai lebih menekankan dirinya sebagai prajurit elit dari kalangan bangsawan yang sopan dan terpelajar. Dan hal ini tentunya sangat berbeda dengan Ashigaru atau tentara berjalan kaki. Beberapa kelompok Samurai yang lain adalah Ronin (orang ombak ; Samurai yang tak bertuan), dan Hanshi (Samurai yang bertugas di wilayah Han)
2. SENJATA SAMURAI
Pada awal terbentuknya Samurai, mereka masih tergolong bukan kelompok yang bersenjata lengkap. Mereka mempersenjatai diri dengan “alat tempur” pada umumnya seperti busur dan panah. Buser dan panah, atau disebut dengan Yumi ini masih sering digunakan Samurai hingga abad ke-16. Senjata ini biasanya digunakan oleh Samurai dengan cara berdiri di belakang Tedate, yaitu perisai kayu yang besar. Selain itu, Yumi juga dapat digunakan dengancara menunggang kuda. Yumi sering digunakan dalam peperangan jarak jauh karena dinilai efisien dalam menyerah musuh. Jarak serang dari Yumi mampu menjangkau antara 100 hingga 200 meter.
Setelah mengalami berkembangan berbagai ilmu perang dan pertempuran, Samurai akhirnya menemukan senjata yang paling efisien. Setelah pertempuran melawan Mongol pada tahun 1281, pasukan militer Jepang akhirnya menggunakan pedang sebagai senjatanya utamanya. Dalam Bushido, diajarkan bahwa Katakana(pedang) adalah roh dari Samurai. Mereka percaya bahwa Katakana sangat penting dalam memberi kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebelum zaman Kamakura (1185-1333), istilah Katakana lebih dikenal dengan Tachi dan Uchigatana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar